Rabu, 29 Oktober 2014

Hormati Cara Orang Lain Membentuk Dunianya

Kalau kita berkeliling dunia, hampir dipastikan tidak ada orang yang secara fisik itu sama persis. Orang kembar sekali pun tetap ada perbedaannya. Begitu pun secara perilaku, tak satu pasang pun manusia yang sama persis karakter dan perilakunya. Tetap ada perbedaan-perbedaan sebagai identitasnya. Perbedaan-perbedaan itu sebagai hasil persepsi dirinya terhadap lingkungannya. Perbedaan-perbedaan itu karena adanya pemaknaan subjektif terhadap dunia sekitarnya. Ini sama persis dengan teori sosiologinya Max Weber bahwa manusia itu sebagai subjek yang bebas menafsirkan makna terhadap lingkungannya. Karena perbedaan-perbedaan itulah manusia cenderung membentuk “dunianya” sendiri. Hampir setiap orang “mengimani”dunianya. Kita merasa senang dan bahkan bangga dengan dunia kita masing-masing. Perbedaan dunia ini yang bermula dari perbedaan persepsi sering kali membentuk sebuuah “ideologi” yang rawan munculnya konflik. Intensitas emosional, keyakinan emosional dan rasional, seringkali membawa “kesombongan intelektual” bahwa dirinya/kelompoknyalah yang paling benar. Kegagalan kita memahami dunia orang lain, bukan saja telah mengingkari sebuah krodrat manusiawi yakni perbedaan (tak seorang pun sama di muka bumi ini dan tak seorang pun sama karakter/perilakunya), tetapi juga gagal membangun interaksi sosialnya. Memahami dunia orang lain, memahami pikiran orang lain secara simpatik merupakan kunci keberhasilan interaksi sosial. Dimana pun Anda berada, dari kehidupan rumah tangga, rukun tangga (RT), hingga percaturan global sekali pun, sikap simpatik merupakan kuncinya. Kehidupan organisasi (perusahaan) akan menuai kegagalan dalam berkomunikasi manakala antar anggota dan antar level manajerial tanpa mengedepankan sikap simpatik dalamberinteraksi. Pelanggan juga akan kabur tanpa pelayanan simpatik. Kata Covey, pahami dulu orang lain secara simpatik, baru mereka memahami kita. Pahami dulu dunia orang lain, baru mereka paham akan dunia kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar